Tokoh-Tokoh Muslim  yang Berjasa dalam Bidang Farmasi

Cendekiawan Muslim dalam bidang farmasi bukan hanya menjadi pelopor terentuknya ilmu farmasi, namun juga menjadi yang pertama-tama menggagas pembangunan apotek. Berikut beberapa ilmuan muslim yang berjasa dalam dunia farmasi.

  1. Muhammad Ibnu Zakariya Ar-Razi (864-930 M)

Al-Razi atau disebut juga Rhazes menurut Sharif Kaf. Al-Ghazal dalam tulisannya, The Valuable Contributions of Al-Razi: The History of Pharmacy during The Middle Ages, menjadi satu di antara ilmuwan yang memelopori berdirinya apotek pertama di Baghdad pada 754 M. Apoteker pertama dalam peradaban Barat baru muncul pada Abad ke-14 yaitu seorang Inggris bernama Geoffrey Chaucer (1342-1400), apoteker lalu munyebar ke daratan Eropa dari Abad ke-15 hingga ke-19.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Selain itu, dalam bidang farmasi Ar-Razi berkontribusi dalam pembuatan peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

 

  1. Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973-1051 M)

Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya sepertiastronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ia memulai melakukan eksperimen ilmiah sejak remaja. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmakologi dan farmasi.

Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi perkembangan farmakologi dan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 – setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang famakolog.

 

  1. Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi (864-930 M)

Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana) atau disebut juga Kitab Al-Jami’ li Mufradat Al-Adweya wa Al-Aghtheya (dibawa ke Barat dan diterjemahkan menjadi The Complete [book] in Simple Medicaments and Nutritious Items) merupakan sumbangsih utama Al-Baitar. Dalam kitab risalah tersebut Al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah.

Kitab tersebut sangat populer dan merupakan kitab paling terkemuka mengenai tumbuhan dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad 16.

Tak kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar sungguh mampu melampaui prestasi Dioscorides.

 

  1. Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857 M)

Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang apoteker. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam aromatik.

Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.

 

Sumber :

http://www.zulfanafdhilla.com/2013/09/biografi-zakariya-ar-razi-sang-kimiawan.html

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/11/28/me66kz-ini-dia-9-ilmuwan-muslim-yang-berjasa-di-dunia-farmasi-bag-1

http://www.zulfanafdhilla.com/2014/06/IbnuAl-Baitar.html

http://farisyalatief224.blogspot.co.id